Kronologi Reformasi 1998
Reformasi
merupakan formulasi menuju Indonesia baru dengan tatanan baru. Buah perjuangan
reformasi itu tidak dapat dipetik dalam waktu yang singkat, namun membutuhkan
proses dan waktu. Berikut ini kronologis singkat dalam perjuangan menegakkan
era reformasi 1998:
5 Maret
1998
Dua puluh
mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan
penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada
Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka
diterima Fraksi ABRI
11 Maret
1998
Soeharto
dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden
14 Maret
1998
Soeharto
mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.
15 April
1998
Soeharto
meminta mahasiswa mengakhiri protes dan kembali ke kampus karena sepanjang
bulan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri melakukan
berunjukrasa menuntut dilakukannya reformasi politik.
18 April
1998
Menteri
Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri
Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya
Jakarta namun cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
yang menolak dialog tersebut.
1 Mei 1998
Soeharto
melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan
mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
2 Mei 1998
Pernyataan
itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa
dilakukan sejak sekarang (tahun 1998-red).
4 Mei 1998
Mahasiswa
di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (
2 Mei 1998 ) dengan demonstrasi besar- besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi
kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di
Universitas Pasundan Bandung, misalnya, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan
tersebut.
5 Mei 1998
Demonstrasi
mahasiswa besar – besaran terjadi di Medan yang berujung pada kerusuhan.
9 Mei 1998
Soeharto
berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini
merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.
12 Mei
1998
Aparat
keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara
damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.
13 Mei
1998
Mahasiswa
dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang
ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai kerusuhan.
14 Mei
1998
Soeharto
seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat
menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo.
Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan
di Jabotabek seperti Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan
Borobudur. Beberapa dari bagunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan
dibakar. Sekitar 500 orang meninggaldunia akibat kebakaran yang terjadi selama
kerusuhan terjadi.
15 Mei
1998
Soeharto
tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia membantah
telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih
mencekam. Toko – toko banyak di tutup. Sebagian warga pun masih takut keluar
rumah.
16 Mei
1998
Warga
asing berbondong – bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek masih
mencekam.
19 Mei
1998
Soeharto
memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid,
Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir
2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh
membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap
menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan
tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi.
Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi
presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang
ke Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.
Sementara
itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk
memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
20 Mei
1998
Jalur jalan
menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar kawat berduri
untuk mencegah massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun pengerahan massa
tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien Rais meminta massa tak datang ke
Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan korban
jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak
berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
21 Mei
1998
Di Istana
Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan
BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar